Hujan turun tanpa jeda malam itu. Di bawah atap rumah kecil di pinggir kota, Seno duduk menatap selembar kertas kosong.
Ia menulis surat setiap minggu — tapi bukan untuk seseorang yang bisa membalas.
Surat-surat itu ditujukan untuk Alya, istrinya yang telah pergi setahun lalu.
Di meja kecil yang sama, masih ada mug teh favorit Alya. Di dinding, foto mereka berdua masih tergantung. Dan di dalam hati Seno, masih ada ruang yang tidak bisa diisi siapa pun.
Namun malam itu berbeda. Saat menulis, Seno merasa ada sesuatu yang mendorongnya untuk menulis bukan tentang kehilangan, tapi tentang hidup.
“Alya, aku masih menulis untukmu. Tapi kali ini bukan untuk menangisi yang hilang. Aku menulis untuk mengingat bahwa cinta tidak berhenti saat seseorang pergi.”
Jejak Kenangan yang Tak Hilang
Seno mengenal Alya di masa paling sulit dalam hidupnya — ketika usahanya bangkrut dan harapannya hampir padam. Alya datang seperti cahaya kecil di tengah gelap. Ia tidak membawa solusi, hanya ketenangan.
Ia sering berkata, “Hidup itu bukan tentang menang atau kalah, tapi tentang terus bergerak.”
Kini, kalimat itu terus berputar di kepala Seno setiap kali ia merasa hampa.
Setelah kepergian Alya, Seno sempat menutup diri. Ia berhenti bekerja, berhenti bersosialisasi, bahkan berhenti tertawa. Tapi sesuatu mulai berubah ketika ia menemukan surat lama dari Alya yang belum sempat dibaca.
Isi surat itu singkat:
“Kalau suatu hari aku pergi duluan, jangan berhenti mencintai dunia, Sen. Teruslah menulis, karena tulisanmu selalu jadi jembatan antara kamu dan langit.”
Sejak saat itu, Seno mulai menulis lagi — bukan untuk melupakan, tapi untuk melanjutkan.
Pertemuan Tak Terduga
Suatu pagi, Seno duduk di taman kota, menulis seperti biasa. Seorang perempuan muda menghampiri.
“Maaf, Bapak Seno ya?” tanyanya sopan.
Seno menatap heran. “Iya, tapi maaf… kita pernah kenal?”
Perempuan itu tersenyum lembut. “Nama saya Nadya. Saya editor di situs Gudang4D. Kami sering membaca tulisan Bapak yang diposting di forum komunitas.”
Seno tertegun. Ia tidak tahu tulisannya dibaca banyak orang. Ia hanya mengunggah surat-surat untuk Alya di forum penulis anonim.
Nadya melanjutkan, “Tulisan-tulisan Bapak menyentuh banyak hati. Kami ingin mempublikasikannya di kategori Cerita Cinta dan Kehilangan.”
Seno tersenyum kaku. “Tulisan saya bukan karya sastra, Nak. Itu cuma cara saya bicara dengan masa lalu.”
“Justru itu yang membuatnya hidup,” jawab Nadya. “Karena jujur.”
Surat untuk Diri Sendiri
Sejak hari itu, Seno mulai menulis secara rutin untuk Gudang4D.
Ia menulis tentang Alya, tentang perjalanan mereka, dan tentang bagaimana kehilangan bisa menjadi bagian dari cinta.
Dan setiap kali karyanya diterbitkan, puluhan komentar muncul dari pembaca yang merasa senasib.
Ada yang menulis,
“Saya kehilangan suami tahun lalu. Tulisan Anda membuat saya kuat lagi.”
Ada pula yang berkata,
“Cinta sejati memang tidak berakhir. Terima kasih sudah menuliskannya untuk kami.”
Untuk pertama kalinya, Seno merasa kehadiran Alya tidak sia-sia.
Ia sadar, cinta mereka tidak berhenti di pemakaman. Cinta itu hanya berganti bentuk — dari kehadiran fisik menjadi kekuatan untuk menyalakan hati orang lain.
Datangnya Cahaya Baru
Beberapa bulan berlalu, hubungan Seno dan Nadya menjadi lebih dekat. Bukan dalam arti menggantikan, tapi dalam arti menyembuhkan.
Nadya sering datang membacakan tulisan-tulisan baru di rumah Seno, membantu mengedit, sambil mendengarkan cerita tentang Alya.
Suatu sore, Seno berkata, “Aku takut dibilang tidak setia kalau mulai merasa tenang lagi.”
Nadya menatapnya dengan mata lembut. “Setia itu bukan tentang tetap sedih, Pak. Tapi tentang menjaga cinta tanpa menutup hati.”
Kalimat itu menembus pertahanan Seno. Ia menatap langit sore, dan untuk pertama kalinya, ia merasa Alya tersenyum dari sana.
Cinta yang Berubah Bentuk
Seno terus menulis. Kini surat-suratnya tidak lagi ditujukan pada seseorang yang sudah pergi, tapi untuk orang-orang yang masih belajar berdamai dengan kehilangan.
Tulisan-tulisannya di Gudang4D dibaca ribuan kali, menjadi tempat di mana banyak hati menemukan penghiburan.
Baca Juga: Fragmen cinta di dalam gudang4d, di antara waktu dan cinta, malam yang tidak pernah benar-benar usai
Dalam salah satu tulisannya, Seno menulis:
“Cinta sejati tidak mati. Ia hanya berpindah bentuk — dari genggaman tangan menjadi doa, dari percakapan menjadi kenangan, dari kehilangan menjadi keberanian.”
Dan pada akhirnya, ia menutup surat itu dengan satu kalimat yang seolah berbicara langsung pada Alya:
“Aku tidak berhenti mencintaimu. Aku hanya belajar mencintaimu dengan cara baru.”
Pelajaran dari Cinta yang Tetap Hidup
Cinta sejati tidak diukur dari lamanya bersama, tapi dari ketulusan yang bertahan bahkan setelah perpisahan.
Seno dan Alya menunjukkan bahwa kehilangan bukan akhir dari cinta, melainkan awal dari bentuk baru kasih sayang — lebih dalam, lebih luas, lebih abadi.
Dan Gudang4D menjadi tempat di mana kisah itu hidup selamanya — gudang kenangan, doa, dan cinta yang tidak pernah usang.