Bab I — Tentang Waktu yang Tidak Bergerak
Orang bilang waktu berjalan lurus. Tapi bagiku, waktu lebih mirip lingkaran:
ia tidak pernah benar-benar pergi, hanya berputar di titik-titik yang tak sempat diselesaikan.
Aku mengenalmu di sebuah masa yang kini terasa seperti mimpi.
Tidak ada kejadian besar, tidak ada sambutan dramatis.
Kita hanya berpapasan di antara kesibukan yang sederhana — dua manusia yang tanpa sengaja berada di orbit yang sama.
Saat itu aku pikir, kita akan berjalan seiring waktu.
Ternyata, kita hanya menyeberangi garis yang sama dari arah berlawanan.
Kau melangkah menuju masa depanmu. Aku tertinggal di masa lalu yang masih memeluk bayanganmu.
Dan begitulah cara waktu mengajariku tentang cinta:
bahwa ada perasaan yang tidak memerlukan kehadiran untuk tetap hidup.
Bab II — Tentang Cinta yang Tidak Butuh Balasan
Cinta yang tulus tidak berisik.
Ia tidak berteriak meminta pengakuan, tidak menuntut kepastian.
Ia seperti udara yang tidak terlihat namun tetap memberi hidup.
Aku mencintaimu dengan cara yang nyaris tak disadari dunia.
Bukan melalui pesan panjang atau janji yang terucap di malam hujan, tapi lewat keheningan yang kupelihara.
Setiap kali melihat cahaya sore jatuh di dinding, aku teringat caramu menatap dunia —
tenang, tanpa tergesa, seolah kamu tahu bahwa semua hal yang benar tidak perlu terburu-buru.
Cinta, dalam bentuk paling murninya, adalah kemampuan untuk merelakan seseorang terus berjalan tanpa harus menunggu ia kembali.
Aku pernah mencoba menolak rasa itu, tapi yang terjadi justru sebaliknya:
semakin kutolak, semakin ia tumbuh seperti pohon yang mencari cahaya di celah gelap.
Kini aku tahu, mencintaimu bukan tentang memiliki,
melainkan tentang memahami — bahwa ada kebahagiaan yang lahir dari kemampuan untuk melepaskan.
Bab III — Tentang Gudang4D dan Ingatan yang Hidup
Beberapa tahun lalu, aku membuat catatan pribadi — semacam arsip batin tempat kusembunyikan semua hal yang pernah membuatku hidup.
Aku menamainya Gudang4D.
Nama itu lahir dari pengertian sederhana:
bahwa cinta tidak pernah hanya berdimensi dua.
Ia bukan sekadar aku dan kamu.
Ia punya empat lapisan yang tak kasatmata: kenangan, kehilangan, waktu, dan keberanian untuk mengingat.
Di dalam Gudang4D itu, aku menyimpan banyak hal:
-
Surat-surat yang tak pernah terkirim.
-
Kata-kata yang seharusnya kuucapkan tapi hanya berputar di kepala.
-
Potongan mimpi yang hancur tapi masih memiliki bentuk.
-
Dan tentu saja, jejakmu — yang terus hidup di antara baris kalimatku.
Terkadang aku berpikir, mungkin manusia diciptakan bukan untuk melupakan, tapi untuk belajar berdamai dengan kenangan.
Karena setiap ingatan, meski menyakitkan, adalah bukti bahwa kita pernah hidup sepenuhnya.
1. Tentang Rindu yang Tidak Memiliki Tujuan
Ada malam-malam di mana aku terbangun tanpa sebab,
dan seolah waktu membawaku kembali ke masa ketika suaramu masih sering memecah senyap.
Aku duduk di tepi ranjang, menatap langit-langit, dan bertanya pada diri sendiri:
apakah kamu juga terjaga di tempat lain, dengan pertanyaan yang sama?
Tentu tidak ada jawaban.
Rindu bukan sesuatu yang harus diselesaikan — ia hanya perlu diterima, seperti hujan yang turun tanpa alasan.
Rindu bukan tentang siapa yang masih mengingat,
tapi tentang siapa yang cukup berani untuk tidak melupakannya meski tahu tidak akan pernah bertemu lagi.
2. Tentang Perasaan yang Tidak Pernah Kadaluarsa
Di dunia yang serba cepat ini, cinta sering dianggap seperti produk: harus baru, harus berganti, harus memberi sensasi.
Namun aku percaya, ada cinta yang tidak lekang — bukan karena keras kepala, tapi karena ia menemukan bentuknya yang paling tenang.
Cinta seperti itu tidak berteriak,
ia hanya berbisik dalam napas sehari-hari:
dalam cara seseorang menulis, berjalan, bekerja, atau bahkan tersenyum.
Aku menyadari, bahkan ketika kamu telah menjadi bagian dari masa laluku,
rasamu tetap menjadi bagian dari caraku memandang masa depan.
Baca Juga: Break Bones Hacksaw Gaming di Gudang4D, Misteri Buku Waktu di Gudang4D, Keanggunan Sang Ratu Malam di Gudang4D
Dan mungkin, itu yang disebut ketulusan sejati:
ketika cinta tetap hidup tanpa harus dimiliki, tanpa harus diumumkan.
3. Tentang Aku, Kamu, dan Waktu
Jika waktu adalah sungai, maka cinta adalah arusnya.
Kita bisa memilih untuk melawan, atau kita bisa belajar hanyut dengan anggun.
Aku memilih yang kedua.
Bukan karena menyerah, tapi karena aku akhirnya mengerti:
tidak semua hal indah harus abadi dalam bentuk yang sama.
Mungkin di kehidupan lain, kita akan bertemu dalam versi yang lebih sederhana —
bukan sebagai dua orang yang saling kehilangan, tapi dua jiwa yang akhirnya tiba di tempat yang sama, pada waktu yang tepat.
Dan jika saat itu datang, aku hanya ingin berkata:
“Terima kasih sudah datang sekali, bahkan jika hanya sebentar.”
Bab IV — Penutup
Cinta, pada akhirnya, bukanlah perjalanan menuju seseorang,
melainkan perjalanan kembali kepada diri sendiri.
Setiap rasa yang datang mengajarkan sesuatu —
tentang arti memiliki, tentang seni kehilangan, dan tentang cara mencintai tanpa perlu syarat.
Kamu mungkin tidak pernah tahu bahwa aku menulis ini.
Tapi tidak apa-apa.
Karena cinta yang sejati memang tidak menuntut pembaca,
ia hanya butuh ruang untuk hidup.
Dan ketika suatu hari nanti aku berhenti menulis,
aku ingin semua ceritaku bermuara di satu tempat:
Gudang4D — tempat di mana kenangan disimpan, bukan untuk dikenang terus,
tapi untuk diingat secukupnya,
agar kita tahu bahwa pernah ada sesuatu yang begitu tulus,
dan itu sudah cukup.