Ia terbangun dari mimpi yang sama —
sebuah stasiun tua, kabut yang menggantung rendah, dan seseorang yang berdiri di ujung peron membawa koper hitam.
Wajah itu tidak pernah jelas, tapi matanya, entah mengapa, selalu terasa akrab.
Namanya Elara.
Sudah tiga bulan ia dihantui mimpi yang sama.
Dan setiap kali ia terbangun, jam di dinding selalu menunjukkan pukul 02:17.
Di meja samping tempat tidurnya, ada buku catatan kecil berwarna abu-abu.
Halaman pertamanya bertuliskan satu kalimat yang membuatnya merinding setiap kali membaca:
“Jika kau ingin mengingatku, carilah aku di Gudang4D.”
Elara tidak tahu siapa yang menulis kalimat itu.
Ia tidak pernah punya buku seperti itu sebelumnya.
I. Surat Tanpa Nama
Di dunia nyata, Elara bekerja sebagai editor lepas di sebuah penerbit kecil.
Hari-harinya diisi dengan membaca naskah orang lain — cerita cinta, kehilangan, tragedi, semua terasa sama.
Hingga suatu hari, ia menerima naskah anonim dari pengirim misterius bernama R.
Naskah itu berjudul “Bayangan di Balik Cermin.”
Isinya sederhana tapi aneh: kisah tentang seorang pria yang terus menulis surat untuk seseorang yang sudah meninggal, dan mengunggah setiap surat itu ke sebuah forum lama bernama Gudang4D.
Di halaman terakhir, ada catatan pendek:
“Untukmu, yang selalu membaca tanpa sadar.”
Elara menatap kalimat itu lama sekali.
Ada rasa yang tidak ia mengerti — antara takut dan rindu, meski ia tak tahu untuk siapa.
II. Jejak di Dunia Maya
Malam itu, ia mencari nama forum itu di internet.
Gudang4D.
Sebuah situs lama, hampir tak dikenal.
Tampilannya sederhana, seperti ruang kosong yang ditinggalkan penghuninya. Namun di dalamnya, ribuan tulisan anonim tersebar, seolah menjadi makam bagi kenangan yang tak sempat disampaikan.
Elara mengetik namanya di kolom pencarian, sekadar iseng.
Dan di antara hasil yang muncul, ada satu tulisan berjudul “Elara, 2018.”
“Kau pernah berkata, tak ada yang benar-benar hilang jika masih diingat.
Tapi bagaimana jika yang mengingatmu bukan lagi dirimu sendiri?”
Ia menatap layar, tangannya gemetar.
Tahun 2018 — tahun di mana ia mengalami kecelakaan mobil dan kehilangan sebagian ingatannya.
Sejak itu, ia sering merasa ada bagian hidup yang hilang — wajah yang tak bisa diingat, nama yang terasa di ujung lidah tapi tak pernah terucap.
III. Raka
Beberapa hari kemudian, Elara mendapat surel tanpa pengirim.
Subjeknya hanya satu kata: “Raka.”
Di dalamnya ada satu paragraf pendek:
“Aku masih menulis di sini.
Gudang4D bukan sekadar forum.
Ini ruang di antara yang hidup dan yang tertinggal.”
Nama itu — Raka — membuat kepalanya berdenyut.
Ia merasa pernah mendengarnya. Pernah memanggilnya.
Tapi dari mana?
Ia kembali membuka Gudang4D dan menelusuri tulisan-tulisan lama dari akun bernama R-Shadow.
Tulisan-tulisan itu seperti potongan memori yang terpisah:
tentang perjalanan, tentang seseorang yang hilang dalam kabut, tentang cinta yang tertinggal di antara dunia nyata dan dunia mimpi.
Salah satu tulisannya berbunyi:
“Jika aku tak bisa menemukannya di dunia ini, mungkin aku akan menulisnya sampai waktu berhenti.
Karena kata adalah satu-satunya cara untuk tetap hidup setelah mati.”
Elara menutup laptop, matanya basah.
Ada bagian dari dirinya yang percaya: mungkin tulisan itu memang untuknya.
Mungkin ia dan Raka pernah saling mencintai — sebelum dunia menghapus salah satunya dari ingatan.
IV. Cermin Retak
Beberapa minggu berlalu.
Elara mulai menulis kembali, sesuatu yang tidak ia lakukan selama bertahun-tahun.
Ia menulis dengan gaya yang sama seperti Raka — pendek, simbolik, dan penuh metafora.
Setiap kali ia mempostingnya di Gudang4D, akun anonim bernama R-Shadow selalu membalas, seolah mengerti isi hatinya.
“Kau masih di sini,” tulis R-Shadow.
“Aku tahu waktu tidak bisa kita lawan, tapi kata bisa menembusnya.”
Elara menjawab:
“Jika benar kau ada, datanglah di dunia nyata.
Buktikan bahwa kau bukan hanya bayangan.”
Tidak ada balasan.
Tapi malam itu, mimpi itu datang lagi — stasiun tua, kabut, koper hitam, dan sosok dengan mata yang sama.
Kali ini, sosok itu berbicara.
“Aku sudah menunggumu di sini terlalu lama, Elara.”
Baca Juga: Catatan harian tentang kamu yang tak selesai, surat-surat yang tak pernah selesai, antara langit dan laut
Ia terbangun dengan napas tersengal.
Dan di mejanya, di atas buku catatan abu-abu itu, kini ada foto hitam putih: dirinya bersama seorang pria — Raka — di depan stasiun yang sama dalam mimpinya.
V. Surat Terakhir
Hari itu, Elara pergi.
Ia mencari stasiun itu — dan menemukannya di pinggiran kota yang hampir terlupakan. Bangunannya tua, sebagian retak, tapi masih berdiri.
Ia duduk di bangku panjang, menatap rel kosong yang berkarat.
Di atas kursi, ada amplop kecil bertuliskan namanya.
Tangannya bergetar saat membuka.
Di dalamnya, hanya satu lembar surat:
“Aku tidak pernah benar-benar pergi.
Aku hanya terjebak di antara ingatan dan kenyataanmu yang hilang.
Kau lupa aku, tapi aku tetap menulis untukmu di Gudang4D.
Sekarang, saat kau menemukan ini, aku bisa berhenti menulis.
Karena akhirnya, kau mengingatku.”
Setetes air jatuh di kertas itu — entah hujan, entah air mata.
Elara menatap langit yang memudar. Di kejauhan, terdengar suara kereta datang perlahan, padahal rel di depannya sudah lama tak digunakan.
Ia tersenyum.
“Raka,” bisiknya.
“Sekarang aku ingat.”
VI. Epilog
Malam itu, akun R-Shadow di Gudang4D menghilang.
Semua tulisannya ikut terhapus, seolah tak pernah ada.
Namun di beranda situs, ada satu postingan baru yang muncul — tanpa nama, tanpa waktu.
“Beberapa cinta tak dimaksudkan untuk berakhir di dunia ini.
Ia hidup di antara kata, di ruang kecil yang tak bisa disentuh waktu.”
Dan di ruang kosong itu, Elara menulis satu kalimat terakhir sebelum mematikan laptopnya:
“Cinta bukan untuk diingat, tapi untuk diterima — bahkan jika yang dicintai hanyalah bayangan.”
Catatan Penulis
Cerita ini adalah kisah tentang cinta yang melampaui batas antara ingatan dan kenyataan.
Tentang bagaimana seseorang bisa tetap hidup melalui kata, dan bagaimana forum seperti Gudang4D menjadi tempat bagi jiwa-jiwa yang menulis agar tidak benar-benar hilang.
Mungkin, di dunia nyata, kisah seperti ini tak pernah terjadi.
Namun di dunia tulisan, segalanya mungkin — termasuk cinta yang menolak mati.