ADEGAN 1 – SUASANA HUJAN DI KAFE
(Lampu neon berpendar lembut dari jendela kafe. Hujan turun deras, membasahi trotoar. Musik jazz lembut mengalun pelan.)
NARA:
Malam seperti ini selalu membawa kenangan. Ada aroma hujan yang menenangkan, dan suara rintik yang terasa seperti lagu lama. Di tempat inilah, aku bertemu dengannya untuk pertama kali — seseorang yang membuat waktu berhenti, meski hanya sejenak.
(Kamera beralih ke ARKA, pria sekitar 30 tahun, duduk di meja dekat jendela dengan secangkir kopi. Ia menatap ke luar. Pintu kafe terbuka — masuk perempuan muda bernama LANA, membawa payung berwarna biru yang basah kuyup.)
BARISTA:
Selamat malam, hujan deras ya?
LANA:
Deras sekali. Seperti enggak mau berhenti. (tersenyum)
(LANA menatap sekeliling, lalu memilih duduk di meja yang sama dengan ARKA — satu-satunya tempat kosong.)
ARKA:
Silakan. Tempat ini biasanya memang cepat penuh kalau hujan.
LANA:
Terima kasih. Aku cuma butuh sedikit kehangatan.
(Keduanya saling tersenyum singkat. Musik jazz pelan terdengar lagi.)
ADEGAN 2 – PERCAKAPAN PERTAMA
ARKA:
Sering datang ke sini?
LANA:
Baru pertama. Aku tersesat, sebenarnya.
ARKA:
Tersesat di mana?
LANA:
Di antara hujan dan pikiran sendiri. (tertawa kecil)
(Hening sebentar. ARKA tersenyum.)
ARKA:
Kalau begitu, kamu memilih tempat yang tepat. Di sini, semua orang datang untuk menenangkan diri.
LANA:
Kamu juga?
ARKA:
Iya. Aku datang ke sini sejak setahun lalu, waktu hidupku terasa macet.
LANA:
Apa yang macet?
ARKA:
Segalanya. Cinta, karier, bahkan keberanian buat mulai lagi.
(LANA menatapnya dengan tatapan pelan tapi dalam.)
LANA:
Dan sekarang?
ARKA:
Sekarang aku belajar jalan pelan-pelan.
ADEGAN 3 – CERITA YANG TERBUKA
(Waktu berjalan. Kopi mereka hampir habis. Di luar, hujan belum reda.)
LANA:
Lucu ya, kadang orang asing bisa lebih mudah diajak bicara daripada orang terdekat.
ARKA:
Karena orang asing enggak menuntut kita untuk jadi versi yang sempurna.
LANA:
Benar.
(LANA membuka buku catatannya. Ada banyak tulisan tangan di sana.)
ARKA:
Kamu suka menulis?
LANA:
Iya. Tapi bukan hal-hal besar. Cuma catatan kecil, tentang hari-hari yang kadang terlalu sepi.
ARKA:
Aku dulu juga begitu. Sampai akhirnya tulisan kecilku jadi awal perubahan besar.
LANA:
Kamu penulis?
ARKA:
Desainer, tapi menulis buat diri sendiri. Kadang aku juga menulis di komunitas online, di forum Gudang4D. Tempatnya sederhana, tapi banyak orang di sana saling berbagi inspirasi.
LANA:
Aku pernah dengar. Banyak tulisan reflektif di sana, kan?
ARKA:
Iya, dan kebanyakan jujur. Itu yang membuatnya hidup.
(Keduanya diam sejenak. Ada rasa tenang di antara mereka.)
ADEGAN 4 – HUJAN MULAI REDA
(Lampu kafe redup. Hujan mulai pelan.)
LANA:
Kadang aku iri sama hujan. Ia bisa turun, menangis, lalu pergi tanpa harus menjelaskan alasannya.
ARKA:
Tapi setelah hujan, langit selalu bersih. Itu bentuk penyembuhan juga, mungkin.
LANA:
Kamu romantis, ya.
ARKA:
Aku realistis yang suka berpura-pura romantis.
(Keduanya tertawa pelan. Hujan berhenti. Mereka saling pandang lama.)
LANA:
Aku harus pulang. Besok aku berangkat ke luar kota.
ARKA:
Untuk lama?
LANA:
Entahlah. Mungkin sebentar, mungkin selamanya.
(Keheningan menggantung di udara. Arka menunduk, lalu berkata pelan.)
ARKA:
Kalau begitu, biarkan aku antar kamu sampai halte.
ADEGAN 5 – PERPISAHAN DI HALTE
(Mereka berjalan di bawah satu payung kecil. Jalanan basah, lampu jalan berpendar lembut. Musik lembut mengalun.)
LANA:
Kamu tahu, aku merasa aneh. Kita baru bertemu beberapa jam, tapi aku merasa seolah sudah mengenalmu lama.
ARKA:
Mungkin karena kita berdua datang ke tempat yang sama: persimpangan hidup.
LANA:
Aku suka kalimat itu.
(Bus datang. LANA menatap ARKA.)
LANA:
Terima kasih untuk malam ini. Aku enggak tahu kapan bisa ketemu lagi.
ARKA:
Kalau semesta mengizinkan, mungkin nanti.
LANA:
Dan kalau tidak?
ARKA:
Setidaknya aku akan ingat, bahwa pernah ada seseorang yang menertawakan hujan bersamaku.
(Bus berhenti. LANA naik, melambaikan tangan. ARKA berdiri menatap hingga bus menghilang di balik kabut malam.)
ADEGAN 6 – SATU TAHUN KEMUDIAN
(Kafe yang sama, sore hari. Hujan turun lagi. ARKA duduk di meja yang sama, membuka laptop, menulis sesuatu.)
Baca Juga: Tower Power Skywind di Gudang4D, Stormforged Hacksaw Gaming di Gudang4D, Time Spinners Hacksaw Gaming di Gudang4D
NARA:
Setahun berlalu. Hujan datang lagi, membawa kenangan yang belum selesai. Aku tidak pernah tahu ke mana perginya LANA, tapi setiap kali hujan turun, aku merasa dia tidak pernah benar-benar pergi.
(Di layar laptopnya, tampak tulisan berjudul “Di Antara Hujan dan Lampu Kota”.)
(Pintu kafe terbuka. Suara lonceng kecil. ARKA menoleh — seorang perempuan dengan payung biru berdiri di sana.)
LANA:
Kopinya masih sama?
ARKA:
Masih. Tapi rasanya berbeda kalau tidak diminum berdua.
(LANA tersenyum. Mereka duduk berhadapan lagi. Kamera menyorot jendela: hujan deras, tapi hangat.)
ADEGAN 7 – MONOLOG PENUTUP
NARA:
Cinta tidak selalu datang dengan janji. Kadang ia hadir di sela-sela kesibukan, di antara hujan dan kopi, dalam percakapan dua orang asing yang saling mengerti tanpa banyak kata.
Kehidupan, seperti Gudang4D yang mengajarkan makna keberuntungan dan waktu, selalu menyimpan kejutan. Dan mungkin, cinta adalah bentuk keberuntungan paling sederhana — ketika dua orang bertemu di saat yang tidak direncanakan, namun saling mengisi ruang yang kosong dalam diri masing-masing.