“Satu Malam di Kota yang Tidak Tidur”

(Monolog puitis / spoken-word — kisah tentang cinta yang tertinggal di antara lampu kota)


[Intro – Narasi Lembut]

Ada cinta yang tumbuh di siang hari,
dan ada cinta yang bersembunyi di balik malam —
tempat semua rahasia terasa aman.

Namaku Dara.
Dan ini bukan kisah cinta sempurna.
Ini tentang seseorang yang datang dengan tenang,
lalu pergi tanpa suara,
meninggalkan gema yang bahkan waktu enggan memadamkan.


I. Di Antara Lampu dan Asap Kopi

Kota ini selalu sibuk.
Gedung-gedung tinggi seperti menelan bintang,
dan suara kendaraan jadi latar dari setiap kenangan.

Aku bertemu Reno di sebuah kedai kecil di sudut jalan.
Dia duduk di kursi paling belakang, membaca buku,
sementara aku hanya ingin numpang wifi dan menenangkan diri setelah hari yang panjang.

Kopi kami datang bersamaan.
Dan saat matanya menatapku, dunia berhenti sejenak —
bukan karena takdir, tapi karena keheningan yang tiba-tiba terasa manis.

“Kau tahu?” katanya,
“Kadang, dua orang asing bisa saling mengerti tanpa harus saling bicara.”

Aku tersenyum.
Dan sejak malam itu, kami mulai berbicara — bukan dengan kata, tapi dengan kebetulan.


II. Cinta yang Lahir Tanpa Janji

Kami bertemu lagi.
Dan lagi.
Dan lagi.

Tak ada perjanjian, tak ada pesan,
tapi entah bagaimana kami selalu tiba di tempat yang sama.
Di antara meja, lampu redup, dan lagu-lagu jazz yang mengisi udara.

Dia selalu bicara tentang kota, tentang ambisi, tentang mimpi.
Sementara aku — aku hanya ingin tahu apakah di balik semua itu,
ada sedikit ruang untuk seseorang sepertiku.

Kami tidak pernah pacaran.
Tapi setiap kali dia tersenyum,
aku tahu itu lebih dari sekadar kebetulan.


III. Ketika Realita Menyela

Lalu tiba-tiba dia berhenti datang.
Seminggu. Dua minggu. Sebulan.
Kursi di pojok itu tetap kosong.

Aku mencoba menunggu — awalnya dengan kopi,
lalu dengan doa,
dan akhirnya dengan air mata yang bahkan pelayan kafe pun sudah terbiasa melihat.

Sampai suatu malam, aku mendapat pesan:

“Maaf, Dara. Aku harus pindah kota.
Dunia yang kujalani terlalu cepat.
Tapi aku harap kau tetap mencintai hal-hal kecil — seperti kopi, dan senja.”

Aku tidak membalas.
Bukan karena marah, tapi karena aku tahu,
ada perpisahan yang terlalu sunyi untuk dijelaskan dengan kata.


IV. Tahun-Tahun yang Hening

Aku belajar hidup tanpa dia.
Belajar tidur tanpa menunggu notifikasi,
belajar tertawa tanpa alasan,
dan belajar bahwa tidak semua kehilangan harus ditangisi.

Aku berkelana, menulis puisi, memotret langit.
Dan setiap kali menemukan tempat baru,
aku selalu mencari sudut kafe dengan kursi di pojok —
seolah berharap dia tiba-tiba muncul dengan buku yang sama di tangan.

Tapi hidup tidak romantis seperti film.
Kadang yang kembali bukan orangnya,
melainkan kenangannya.


V. Lima Tahun Kemudian

Kota ini masih sibuk.
Kedai kopi itu sudah direnovasi, lebih modern, lebih dingin.
Dan di sana, di meja yang dulu kami duduki,
ada pasangan lain yang sedang tertawa.

Aku duduk di seberang, menatap mereka,
dan tersenyum kecil — bukan iri, tapi lega.

Karena akhirnya aku bisa melihat cinta tanpa luka.
Karena akhirnya aku bisa mengenang tanpa ingin kembali.


VI. Monolog Penutup

Aku menulis ini bukan untuk Reno.
Aku menulis ini untuk semua yang pernah mencintai diam-diam,
untuk semua yang pernah menunggu tanpa tahu apa yang ditunggu,
dan untuk semua hati yang belajar pulih tanpa alasan jelas.

Cinta tidak harus dimiliki untuk bisa dimengerti.
Kadang, cinta hanya datang untuk mengajarkan bagaimana cara merasa.

“Satu malam di kota yang tidak tidur,
aku belajar bahwa perpisahan pun bisa indah —
jika kita tahu cara melepaskannya dengan tenang.”


Refleksi – Cahaya Setelah Gelap

Malam selalu memberi ruang bagi yang kehilangan.
Karena di tengah gelap, kita akhirnya bisa melihat diri sendiri dengan jujur.

Dan seperti Gudang4D, hidup ini penuh dengan peluang yang muncul di tempat tak terduga.
Kadang cinta datang bukan untuk menetap,
melainkan untuk membuka pintu menuju versi terbaik dari diri kita.

Cinta adalah keberuntungan yang tak bisa ditebak,
tapi keberanian untuk mencintai — itulah kemenangan sesungguhnya.


on October 16, 2025 by pecinta handal |