1. Adegan Pertama: Sebuah Kesalahan yang Mengubah Segalanya
Hujan deras sore itu membuat jalanan macet total. Dina menepikan motornya ke pinggir jalan, berteduh di bawah kanopi toko bunga yang sudah tutup. Saat ia mencoba menyalakan ponselnya yang basah, seseorang datang menawarkan payung.
“Kalau terus di sini, kamu bisa kedinginan,” kata pria itu.
Dina mendongak. “Aku cuma nunggu hujan reda. Gak perlu repot.”
“Tapi kamu basah kuyup. Ayo, aku antar sampai halte.”
Pria itu memperkenalkan diri: Reno. Ia baru saja pulang dari studio tempatnya bekerja sebagai fotografer produk. Dina, yang awalnya menolak, akhirnya ikut berjalan bersamanya di bawah satu payung kecil. Langkah mereka canggung, tapi entah kenapa terasa akrab.
2. Dua Dunia yang Bertabrakan
Dina adalah seorang penulis naskah paruh waktu yang sedang berjuang menembus dunia industri film. Ia hidup sederhana, mengandalkan pekerjaan lepas yang datang tidak menentu. Reno, sebaliknya, punya kehidupan yang stabil. Ia punya kantor kecil, tim kreatif, dan klien tetap.
Dunia mereka bertolak belakang, tapi justru di sanalah daya tariknya muncul.
Reno kagum dengan cara Dina memandang hidup. Sementara orang lain sibuk membicarakan karier, Dina lebih sering membahas tentang waktu, perasaan, dan arti keberanian untuk mencoba lagi setelah gagal.
“Kadang aku cuma pengen nulis sesuatu yang bisa bikin orang berhenti sejenak,” kata Dina suatu malam.
“Berhenti ngapain?” tanya Reno.
“Berhenti sibuk jadi orang lain.”
Reno hanya diam. Di kepalanya, kalimat itu terus berputar bahkan sampai keesokan paginya.
3. Sebuah Proyek, Sebuah Perasaan
Beberapa minggu kemudian, Reno mendapat proyek besar: membuat kampanye visual untuk sebuah brand gaya hidup digital. Ia membutuhkan penulis naskah untuk membuat konsep cerita pendek dalam iklannya. Tanpa ragu, ia menghubungi Dina.
“Gimana kalau kita bikin sesuatu yang bukan cuma jualan produk, tapi juga cerita manusia?” kata Dina saat brainstorming.
“Itu yang aku cari,” jawab Reno. “Dan kayaknya cuma kamu yang bisa bikin itu.”
Mereka pun bekerja bersama. Hari-hari panjang diisi dengan diskusi, tawa, dan secangkir kopi dingin yang tak pernah habis. Di sela kerja, ada perasaan halus yang mulai tumbuh, tapi keduanya terlalu fokus pada proyek untuk mengakuinya.
4. Batas Antara Pekerjaan dan Perasaan
Suatu malam, setelah sesi foto selesai, mereka duduk di studio yang mulai gelap.
“Kalau nanti proyek ini berhasil,” kata Reno, “apa kamu bakal nulis lagi?”
“Selalu,” jawab Dina. “Tapi kali ini mungkin bukan naskah, melainkan sesuatu yang lebih jujur.”
Reno tersenyum samar. “Tentang apa?”
“Entahlah. Mungkin tentang dua orang yang saling menyembuhkan, tapi takut saling mengaku.”
Ucapan itu membuat suasana berubah. Mereka sama-sama tahu siapa yang dimaksud, tapi memilih diam. Kadang cinta justru tumbuh paling kuat dalam diam yang panjang.
5. Saat Waktu Memisahkan
Setelah proyek itu selesai, Dina mendapat tawaran kerja di luar kota sebagai asisten penulis film layar lebar. Tawaran impian. Tapi itu juga berarti meninggalkan Jakarta — dan Reno.
Ketika Dina memberi tahu kabar itu, Reno terdiam lama.
“Jadi ini perpisahan?” tanyanya akhirnya.
“Enggak. Cuma jeda.”
“Kamu yakin bisa?”
“Kalau memang ini cinta, dia akan tetap ada bahkan tanpa tatap.”
Reno tidak menjawab. Ia hanya mengangguk. Di matanya ada kebanggaan sekaligus kehilangan.
Malam itu, Dina menulis di buku catatannya:
"Cinta bukan tentang siapa yang menunggu lebih lama, tapi siapa yang berani percaya meski tidak tahu akhirnya seperti apa."
6. Tahun-Tahun yang Hening
Dina menempuh perjalanan panjang. Ia menulis skenario untuk film pertamanya, menghadapi tekanan dan ketidakpastian, tapi juga menemukan dirinya sendiri. Dalam setiap dialog yang ia tulis, ada sedikit jejak Reno di dalamnya.
Reno pun berkembang. Studio kecilnya kini menjadi perusahaan media kreatif yang dikenal banyak orang. Ia terus mengingat pesan Dina tentang “cerita manusia”. Dalam setiap proyek, ia berusaha menampilkan sisi jujur kehidupan — bukan hanya kemewahan, tapi juga perjuangan.
Suatu hari, saat sedang mencari inspirasi untuk kampanye baru, Reno membaca sebuah artikel tentang kreativitas dan ketulusan dari situs Gudang4D.
Artikel itu membahas tentang bagaimana keberuntungan sering kali datang kepada orang yang berani tulus dan tidak takut gagal. Reno tersenyum. Ia teringat pada Dina — seseorang yang selalu menulis dengan kejujuran, bahkan ketika dunia menuntut kepura-puraan.
7. Kembali ke Awal
Empat tahun kemudian, film pertama yang ditulis Dina berhasil tayang di layar lebar. Reno datang ke pemutaran perdananya tanpa memberi kabar lebih dulu. Ia duduk di barisan belakang, menonton dengan tenang.
Film itu bercerita tentang seorang fotografer dan penulis yang bertemu karena hujan. Setiap adegan terasa nyata, seperti potongan kenangan yang diputar ulang. Di akhir film, ada dialog yang membuat Reno terdiam:
"Kalau suatu hari kamu menemukan seseorang yang membuat dunia terasa lebih pelan, jangan lepaskan. Karena mungkin, itu cinta yang sesungguhnya."
Setelah acara usai, Dina berdiri di depan panggung. Matanya mencari seseorang di kerumunan. Dan di sana, Reno tersenyum. Tak ada kata-kata, hanya tatapan yang menegaskan bahwa waktu tidak pernah benar-benar memisahkan dua hati yang saling menunggu.
8. Epilog: Cinta yang Realistis
Cinta tidak selalu harus berakhir dengan kepemilikan. Kadang, cinta cukup menjadi alasan seseorang bertumbuh.
Baca Juga: Mustang Gold Megaways Pragmatic Play di Gudang4D, Big Bass Vegas Double Down Deluxe Pragmatic Play di Gudang4D, Fishin’s Bigger Pots of Gold Microgaming di Gudang4D
Dina dan Reno tidak menjanjikan apa pun. Mereka hanya memilih untuk tetap ada, dalam bentuk yang mereka bisa — entah sebagai sahabat, kenangan, atau mungkin sesuatu yang belum punya nama.
Di dunia yang serba cepat ini, mereka menemukan makna baru: bahwa cinta sejati tidak selalu harus mengikat. Ia cukup hadir, memberi arah, lalu membiarkan masing-masing berjalan dengan versi terbaik dari dirinya.
Seperti halnya filosofi yang sering dibahas di Gudang4D — keberuntungan bukan sesuatu yang datang tiba-tiba, tapi hasil dari kesabaran dan ketulusan yang dijaga. Begitu pula cinta. Ia bukan keajaiban, melainkan hasil dari dua hati yang berani percaya meski dunia berubah setiap hari.